DOWNLOAD CONTOH SOAL BIOLOGI (IPAS) SUMATIF AKHIR SEMESTER KELAS 10 SMA

Berikut Download Contoh Soal Biologi (IPAS) Sumatif Akhir Semester Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM SMA) Beserta Soal dan Kunci Jawaban Tes Sumatif Tingkat SMA Kelas X - Hai sobat bermanfaat, kali ini admin akan membahas tentang contoh soal sumatif akhir semester pada mata pelajaran IPAS. Sebelum admin membahasa agak mendalam kita samakan persepsi dulu tentang apa itu pengertian dari tes sumatif agar sobat bermanfaat tidak gagal paham terkait yang kita bahas.

Pengertian Soal Sumatif Kurikulum Merdeka SMA Kelas X

Soal Sumatif adalah istilah baru dalam kurikulum merdeka dengan nama PH/UH menjadi Sumatif yang dimana merupakan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik setelah menyelesaikan Tujuan dari pembelajaran pada setiap modul ajar. Jadi setelah dilaksanakan pada setiap selesai per Tujuan Pembelajaran pada modul ajar. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji kemampuan peserta didik terhadap materi yang sudah diberikan Guru saat pembelajaran berlangsung. Dalam menghadapi dan mempersiapkan kegiatan Sumatif tahun pelajaran 2022-2023 yang sudah dilaksanakan, maka admin bermanfaat akan membagikan contoh soal sumatif mata pelajaran IPAS.

Contoh Soal Sumatif Akhir Semester Mata Pelajaran Biologi (IPAS)

Bapak dan Ibu Guru bisa download contoh soal IPAS Pdf beserta Jawabannya untuk semester 1 tahun 2022 Kurikulum Merdeka yang dilengkapi kunci jawabannya.

Penilaian memberikan nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan pada menjawab pertanyaan tentang bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Dengan demikan penilaian juga diartikan sepadan dengan evaluasi. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat yang dapat digunakan. Dapat saja informasi tentang hasil belajar itu diperoleh tanpa menggunakan tes sebagai instrumen ukurnya. Misalnya dapat digunakan alat ukur non tes, seperti observasi, skala rating, dan lain-lain.

 Tes akan berarti apabila tes tersebut terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan secara representatif. Oleh karenanya, perencanaan dalam pengujian memegang peranan yang penting. Tanpa perencanaan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan tes tersebut dapat menjadi sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses pencapaian tujuan.

 Setidaknya ada 6 (enam) hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tes:

1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal Pemilihan butir soal dilakukan berdasarkan pentingnya konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang diuji dalam hubungannya dengan perannya dalam bidang studi tersebut secara keseluruhan. Biasanya bidang studi dibagi menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk satu pokok bahasan/sub pokok bahasan, namun hendaknya jumlah butir soal sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahsan/sub pokok bahasan tersebut.

 2. Tipe tes yang akan digunakan Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu:

(1) esei,

(2) objektif, dan

(3) problem matematik.

Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan peserta tes atau aspek yang ingin diukur.

 3. Aspek yang akan diuji Ada enam tingkatan kemampuan yang ingin diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level pertama diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level berikutnya yang bersifat pengembangan lebih lanjut.

 4. Format butir soal

Ada berbagai format untuk tes objektif maupun esei.

a. Tes objektif:

(1) benar salah (true false),

(2) menjodohkan (matching), dan

(3) pilihan ganda (multiple choice)

b. Tes esei:

(1) pertanyaan uraian terbuka dan uraian tertutup,

(2) jawaban singkat (short answer), dan

(3) isian (completion/fill in)

Perbedaan antara format butir soal tersebut tidak terletak pada efektivitasnya mengukur level kemampuan, tetapi lebih banyak pada aspek penerkaannya (dalam hal peserta tes kurang menguasai materi yang diteskan). 3 5. Jumlah butir soal Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas tes dan representasi isi bidang studi yang diteskan; semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan semakin tinggi reliabilitasnya.

Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. Jumlah butir soal harus direncanakan:

(a) jumlah keseluruhan,

(b) jumlah untuk setiap pokok bahasan/topik,

(c) jumlah untuk setiap format,

(d) jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan,

(e) jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.

 6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal Tes yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal.

Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga memerlukan beberapa pertimbangan lain:

(1) apakah akan menggunakan open book atau closed book,

(2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang,

(3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan

(4) bagaimana mode penyajian tes. Hal-hal yang harus diperhatikan secara umum dalam pengembangan tes :

1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga

2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga

3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan keluaran yang terukur dari kinerja

4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan

5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala pihak.

6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.

7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon

8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.

9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban

10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya perpecahan atau konflik 11. Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968, Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)

12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes

13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur

14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url